Minggu, 21 Juni 2009

SULITNYA AKSES DANA BI: "Pohan, sisihkan kami Rp.2,3 trilyun untuk Program Industri Sawit" Purek 2 UI - .Nazief



Ini kisah memoryku tahu 1999 silam, dikala ku bermitra dg Badan Kemitraan UI (BKUI), sebuah Badan dibawah Rektorat UI yang menjalin kerjasama dengan Pihak Luar Kampus, untuk tujuan Sinergy untuk Kemajuan, Nilai Tambah dan Solusi.

Salah satu program BKUI waktu itu ikut mendorong "Kemampuan Pengolahan komodity Sawit"...dalam kerangka "Industri Oleokimia", yang hasilkan Minyak Goreng, Margarin, Sabun dan berbagai turunnannya. Nah dengan luas lahan waktu itu mencapai 4,5 juta hektar. (kini luas lahan sawit sudah lebih 6,1 juta ha), Indonesia kok bisa bisanya krisis Minyak Goreng dan harga sampai melejit Rp.9.000/liter. Visi BKUI waktu itu adalah memacu Kemampuan Industrialisasi Sawit, sehingga bisa hasilkan pemerolehan devisa secara berlipat.Unsur yang penting waktu itu adalah memacu jumlah PKS (Pabrik Kelapa Sawit). BUMN yang giat membangun adalah Boma Bisma Indra, dan Rekayasa Industri. Untuk lahan seluas 6.000 - 7.000 ha, dibutuhkan 1 unit PKS kapasitas 30ton/jam, dengan nilai investasi waktu itu sekitar Rp.55 milyar. Kalau dibangun integrated (bisa mengolah Kernel jadi Margarine dan sabun ) bisa butuh Rp.65 milyar.


Setelah jelas Indonesia membutuhkan "sekian banyak Pabrik"...sekitar 35-40 unit, dan dengan Mitra Kerjasama PT. Rekin, kami (BKUI, Ir.Soewito alm, Ir.Ekki Agustyoso, saya dan Purek 3 UI...M Nazief) coba meng-akses Bank Indonesia, dan mintalah waktu pada Dr.Aulia Pohan, melalui Asisten Senior / ketua War Room BI, Dr.Muliaman H. Aulia Pohan adalah teman seangkatan FEUI dari M.Nazief. Kami disambut hangat di BI, dan suasana seperti di Kampus saja.
Begitu kami dipersilakan duduk, dan biasa, pembukaan sebagai tuan rumah BI menanyakan, apa tujuan kunjungan BKUI ke BI. M.Nazief langsung buka bicara langsung "stright forward" begini:
"Pohan, tolonglah sisihkan untuk Visi program kami (BKUI) Rp1 Trilyun maksimal Rp.2 Trilyun, yakni untuk memajukan Industrialisasi kelapa sawit". Kata Nazief jelas, menatap Aulia Pohan.

"Ohh begitu Zif (Aulia Pohan memanggil M.Nazief layaknya mahasiswa), wah BI sudah enggak bisa keluarkan dana lagi." jawab Aulia Pohan...waktu itu tahun 1999, dibawah Presiden Habibie.


"Jadi sudah tertutup ya Pohan?" tanya Nazief sekali lagi ringkas,

"Iya nih..BLBI sedang berhenti. Terus apa saja program UI dan BKUI yang lain ?" tanya Aulia Pohan
"Ya inilah program yang sekarang dibutuhkan Indonesia, solusi untuk Industri Sawit fokus kami. Kami kan bisa bantu dan dukung "Skim Pembiayaan, Pendampingan" dan Pembangunan oleh BUMN (Rekin dan Boma Bisma dan grup BPPT / PT.Maseman. Banyak perkebunan kekuarngan Pabrik. Ya sudahlah" kata Nazief ringkas,


"Iya ya Zif, liat sikon begini, kayaknya kita enak ya kembali ke daerah. Gua sih pengen kembali ke Sumut deh...nyamannn enggak seperti di Jakarta". Pohan mengalihkan pembicaraan..dan matanya menerawang ke wilayah tanah Karo..............dan seterusnya pembicaraan kami berubah jadi semacam "brainstorming"...entah kemana.
Yang jelas, misi kami meng-akses Pendanaan enggak berhasil.
Itulah ....sulitnya bagi BKUI atau lembaga Universitas lainnya yang memiliki kesiapan Konsep & rencana kerja untuk mengkases "Pendanaan dari BI" ...hanya tinggal "kenangan Good Concept".
Sulit juga ya meng-akses dana BI. Coba saja waktu itu disishkan Rp.1 trilyun, sudah jadi unutk mbangun 19 PKS sawit kapasitas 30ton/jam. Dan kami bayangkan, UI juga punya "value added" nyata dari pemerolhan saham PKS tersebut, yang bisa untuk memperingan "kekurangan dana kampus UI". Namun begitu, dari konsep itulah paling tidak sudah mendorong dinamisasi "down-sizing PKS dari 30 ton jadi 10-15 ton / jam.


Tak terasa....waktu berjalan 10 tahun kemudian. Kubaca harian Media Indonesia, duhhhh AUlia Pohan sohib kami yang pernah "brainstorming" di Gedung BI yang mewah, kena vonis 4,5 tahun. Kami baru sadar....ternyata sikon waktu itu 1999, salah satu penyebab Indonesia krisis adalah "Masalah BLBI" yang sebesar 1.500 Trilyun. Pantes Aulia Pohan mau jawab apa...wong 1.500 T masih Piutang. Tetapi dengan Rp.550 T yang belum tertagih....apa mungkin ya kita jadi Debt Collector aja ya ????? Kalau kita "resmi dapet Fee" 20% saja....wah UI dan PT lain bisa kita bantu beaya pendidikannya. Daripada tidak Tertagih...seperti sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar