Senin, 19 Januari 2009

Sahabat Sejati di FIDUSIA

Sahabat Sejati di FIDUSIA...Feui'80,
Rina, Busro, Maman...TERIMA KASIH ku tak Terkira !!

Kamis, 15 Januari 2009

PPLP-BATUMARTA..KUJALIN LAGI "FRENS GREENOMICS"

TERIMA KASIH Ria "OVID" Novrida,
TELAH KUTEMUKAN & KUJALIN KEMBALI
SAHABAT-2 PPLP BATUMARTA, SUMSEL













Jumat, 09 Januari 2009

KPK...Ayo Berpikir KRITIS...KPK !!


Akrobat Pemberantasan Korupsi PDF Cetak E-mail
Thursday, 01 January 2009

Setahun sudah Antasari Azhar memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebuah lembaga yang sangat ditakuti para koruptor. Gebrakan demi gebrakan pun dilakukan lembaga ini. Hasilnya, lebih dari 30 kasus telah dimeja hijaukan.

Bagi sebagian kalangan di masyarakat, drama KPK yang dilakoni Antasari Azhar disambut euforia. Bahkan ada yang terke-sima dan meneteskan air mata kekaguman: Terhipnotis berita-berita menegangkan seputar perburuan korupsi yang secara seragam disajikan dipelbagai media massa.

Mantan Direktur Penuntutan pada Jam Pindum Kejagung ini, dipuja bak dewa pemberantasan korupsi. Ditengah pujian media massa, dengan bangga KPK mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menyelamatkan uang negara senilai Rp 408.052.248.516. Suatu kebanggaan yang patut dievaluasi dari sisi perbandingan anggaran operasional KPK yang menguras lebih dari Rp 300 miliar per tahun.

Bila dilihat secara lebih rinci dan mendalam, sesungguhnya prestasi KPK belum memuaskan. Sebagian besar kasus yang ditangani oleh KPK adalah kasus penyuapan dan mark up dalam pengadaan barang dan jasa, tanpa menyentuh halaman koruptor kelas kakap. Maka tidak heran, bila pengembalian asset recovery yang berhasil dikumpulkan oleh KPK pun terhitung sangat kecil.

Lantaran akrobat KPK yang bertujuan menghindar untuk membongkar kasus kasus besar tersebut, membuat sejumlah elemen masyarakat berang. Tiga pekan lalu, puluhan aktivis yang tergabung dalam organisasi Barisan Rakyat Sikat Koruptor BLBI (BRSK BLBI) menggelar aksi ke gedung KPK. Mereka mendesak agar Antasari dan koleganya di KPK segera memberikan kepastian batas waktu untuk menyidik para pihak yang terlibat dalam kasus BLBI.

“Kita beri batas waktu hingga bulan Februari. Jika KPK tidak segera menangani kasus BLBI maka kami akan menggalang solidaritas yang lebih besar untuk menduduki KPK,” tegas Benediktus Adu, koordinator aksi BRSK BLBI.

Benediktus Adu, mengatakan, semua pihak harus berhati-hati dengan cara pena-nganan korupsi yang sedang dimainkan oleh Antasari Azhar. Menurutnya, Mantan jaksa tersebut pada masa lalu disinyalir ikut terlibat dalam penanganan kasus BLBI di Kejagung.
“Kasus BLBI yang sempat berhenti di Kejaksaan tidak lain memiliki hubungan dengan peran Antasari Azhar selaku orang dalam Kejagung. Kejadian itu tidak menutup kemungkinan bisa saja terulang kembali di KPK,” ujarnya.

Kekhawatiran yang sama juga disampaikan Ketua Masyarakat Hukum Indonesia (MHI), Mohammad Tohir SH. Menurutnya, Antasari Azhar dan koleganya di KPK tidak menunjukan sikap serius dalam menyikapi kasus BLBI. “Antasari Azhar adalah pembohong besar jika masih menghindar untuk menangani kasus BLBI,” ujar Tohir.
Mantan tokoh aktivis 1998 ini bahkan lebih jauh berpendapat agar posisi Antasari Azhar selaku Ketua KPK perlu dievaluasi. “Kalau sampai sebulan ke depan tidak ada kepastian dari KPK untuk menyeret pelaku kejahatan BLBI, maka jabatannya harus dicopot sebagai Ketua KPK,” tegas Tohir.
Ia menjelaskan bahwa kasus BLBI merupakan salah satu kasus terbesar yang telah menyebabkan kebangkrutan fundamental ekonomi di negara ini. Dalam sebuah dokumen laporan Bank Dunia (WB), skandal BLBI ditaksir mencapai lebih dari seribu triliun rupiah. Di mana sebagia besar pelakunya adalah pengusaha Tionghoa yang saat ini dibiarkan bebas tanpa tersentuh hukum. “Jangan-jangan Antasari sengaja dipasang di KPK oleh koruptor BLBI, untuk memastikan agar kasus BLBI yang melibatkan mereka tidak diotak atik oleh KPK,” ungkap Tohir.

Ketua Iluni UI Kontra Korupsi, Mursyd SE kepada Expand mengatakan, KPK yang dibentuk pemerintah dan DPR perlu ditinjau kembali. Menurutnya, sejak awal pembentukan lembaga ini adalah bersifat transisional. Di mana peran dan misi utamanya adalah membongkar kasus kasus mega korupsi yang terhalang oleh problem kompleksitas birokrasi yang ada di internal Kejaksaan dan Kepolisian.
Ia menjelaskan, mestinya pendekatan pemberatansan korupsi yang dilakukan oleh KPK berpijak pada prioritas dan neraca kasus. “Kalau hanya kasus kasus kecil yang menjadi prioritas KPK, maka lembaga ini jelas gagal dan patut dicurigai sebagai bagian dari mitra terselubung koruptor kelas kakap,” ujar Mursyd.

Menurut pengamatan Mursyd, indikator penanganan kasus korupsi yang dilakukan KPK sejak tahun 2003 – 2008 belum menunjukan adanya lompatan yang berarti. Di mana dari sisi keberhasilan KPK mengembalikan uang negara belum me­nembus satu triliun rupiah. “Jumlah pengembalian uang negara yang dikorupsi lebih dari seribu triliun. Itu masih terhitung dari kasus BLBI belum lagi kasus kasus besar yang terjadi di BUMN, Tambang, Migas, Pajak dan utang luar negeri. Jumlah kehilangan uang negara bisa menembus 3000 – 4000 triliun. Namun mengapa KPK seolah sibuk dengan kasus kasus kecil yang cenderung terkait de-ngan muatan kepentingan politis,” ungkap Mursyd.

Lanjut Mursyd, pemerintah dan DPR perlu melakukan ekstra dukungan sistemik kepada KPK melalui penguatan anggaran operasional dan pengawasan kinerja. DPR dan pemerintah tidak bisa serta-merta membiarkan KPK bergerak tanpa adanya prioritas dan neraca penanganan kasus. “Jika hal ini tidak segara dievaluasi secara serius, maka KPK dapat berpotensi menjadi sebuah lembaga yang liar dan kontraproduktif,” katanya.

Secara khusus ia menegaskan, KPK perlu segara bertindak memeriksa Ditjend Pajak. Lembaga yang dipimpin Darmin Nasution ini ditengarai menjadi sarang penggelapan uang negara secara kasat mata. “Biar tidak dibilang pembohong besar, saran saya agar KPK segera melakukan pe­ngungkapan kejahatan manipulasi pajak yang sampai saat ini tidak tersentuh hukum. Coba saja, apakah KPK berani?,” ujar Mursyd.

Untuk membaca ulasan selengkapnya, silakan membeli majalah Expand di agen, outlet terdekat, atau hubungi sirkulasi Majalah Expand: 021- 98279061 / SMS: 08151680879 (Yusuf).

Kamis, 08 Januari 2009

Rain and melting snow bring floods to Washington

INI LOH...ANCAMAN GLOBAL WARMING !!
SNOQUALMIE, Wash. – More than 30,000 people were urged to leave their flood-endangered western Washington homes as swollen rivers, mudslides and avalanches engulfed neighborhoods and roadways.
Rising waters led state highway crews to close a 20-mile stretch of Interstate 5 around Chehalis on Wednesday evening. The state's three major east-west routes across the Cascade mountains also were closed by avalanches and the threat of more slides.
Highway officials hoped to reopen one main east-west route sometime Thursday — likely Interstate 90 across Snoqualmie Pass — "to get people moving and freight moving and supplies moving," said Transportation Department spokeswoman Alice Fiman.
The National Weather Service issued flood warnings for about two dozen rivers in western Washington and Amtrak passenger train service out of Seattle was suspended due to mudslides.
Fire trucks rolled through Orting, about 10 miles southeast of Tacoma, with loudspeakers Wednesday, advising everyone to leave the town and surrounding valley, home to about 26,000 people. Sandbags were placed around many downtown homes and businesses as the Puyallup River neared record levels.
Kim and Carl Scanson closed their Around the Corner restaurant when Orting police told them of the recommended evacuation. They sent employees home to care for their families.
"It's scary, but everybody works together in this town," Kim Scanson told The News Tribune as she helped pack sandbags around the city's water treatment plant.
Some residents also left their homes in the nearby towns of Puyallup and Sumner. Fife Mayor Barry Johnson suggested roughly 6,000 people voluntarily leave their homes in that city near Tacoma and Interstate 5.
Tacoma Mayor Bill Baarsma declared a civil emergency for his city of about 200,000, south of Seattle, largely because of Puyallup River flooding risks to the city's wastewater treatment plant. State emergency officials said voluntary evacuations were recommended for Snoqualmie, a riverside town 25 miles east of Seattle, and for the southwest Washington cities of Naselle, Packwood and Randle.
The Snoqualmie River at Carnation, in the rural Snoqualmie Valley, was measured at 61.3 feet Wednesday night, 7.3 feet above flood stage and a record for measurements kept since 1932, weather service meteorologist Jay Albrecht said.
Meteorologist Andy Haner said warmer temperatures and heavy rains were melting snow that was dumped on the mountains during a weekend storm, with 10 inches of snow melting in a 12-hour period at Snoqualmie Pass.
Rainfall totals for the 24 hours ending at 11 p.m. Wednesday included 6.86 inches at Marblemount in the Cascade foothills east of Mount Vernon; 5.85 inches at Glacier, near Mount Baker; and 6.3 inches at Snoqualmie Pass.
In Orting, several dozen people and a number of pets were rescued by boat Wednesday morning, Pierce County sheriff's spokesman Ed Troyer said.
Diane Knowles of Eatonville said those rescued included her 81-year-old father-in-law and her brother- and sister-in law, who in past flooding arranged for the family to bring rescue boats.
"It came up so fast this time, there wasn't really time to think about it," she said.
An avalanche of snow and mud about 100 yards wide damaged some weekend recreation homes in the Hyak area east of Snoqualmie Pass. All homes at Hyak and condominium complexes at the base of the ski area were evacuated.
The debris field spanned eight houses, including one that was severely damaged, and two occupants of that home were treated for minor injuries, said Matt Cowan, chief of Snoqualmie Pass Fire and Rescue.
Chris Caviezel, who has lived at Snoqualmie Pass for about seven years, said conditions were the worst he has seen. "We're getting avalanches and we're being flooded," Caviezel said.
In Snoqualmie, kayakers paddled in the street as city officials urged residents in the flood plain of the Snoqualmie River to leave before they became trapped.
Rachel Myers stood across a flooded parking lot from her home and waited for her father to pick her up in a boat. She said her family has lived in the house since her great-grandmother built it, but they've decided this will be their last winter there.
"With flood after flood, it just gets more ruined every time," Myers said.
In the east, Spokane, already beset by more than 6 feet of snow in the past three weeks, was hit with rain and temperatures in the mid-40s, triggering a flood warning for the area. The city's schools were closed Thursday, giving its 29,000 students a third unscheduled day off this week.
In Oregon, high winds toppled trees along U.S. 26, forcing the highway's closure and stranding some motorists while crews worked to clear the road. The weather service posted flood warnings for areas along several rivers and a flood watch for all of northwest Oregon.
In Alaska, extreme temperatures — 60 below zero in Stevens Village, which is about 90 miles northwest of Fairbanks — have grounded planes, disabled cars, frozen water pipes and even canceled several championship cross country ski races.
___
Associated Press photographer Ted Warren in Orting and AP Writers Doug Esser and Tim Klass in Seattle contributed to this story.

Jumat, 02 Januari 2009

Dengan DURIAN & MAHONI Membangun Jawa Barat !!


Sebuah Respon Serius Visioner Greenomics-3
dari Wakil Rakyat "Hbib Sayuti Asyathri"
Kecintaan Habib Sayuti Asyathri pada Jawa Barat, dari tersentuhnya hati nurani pada "Kesuburan tanah Jawa Barat dan Keramahan masyarakat yg harmonis & agamis", namun kurang memberi dukungan kesejahteraan, apalagi kemajuan riil ekonomi, khususnya di pedesaan. Setelah memahami Filosofi mendasar ttg Ekonomi Hijau, khususnya Kebun Mini dan Hutan Mini, Habib keturunan Ambon ini tergerak untuk "men-dinamisir" wilayah Sukabumi dan Cianjur dengan menanam Ribuan Pohon Mahoni. Jati, Alpokat dan ribuan Duren. Mengapa?.
1.Jati & Mahoni, akan menghasilkan kayu untuk dukungan industri meubel, yang kebutuhannya ratusan ribu m3 untuk pasokan ke Mancanegara, selain fungsi lingkungan. Pohon sudah bisa ditebang mulai pada usia 6-8 tahun
2. Alpokat dan Duren, akan menghasilkan buah Duren yang harum, berarti memberi penghasilan rutin dari penjualan buah duren. Setelah pohon berusia 9 tahun, pohon duren bisa memberikan kayu jenis Meranti, yang kini pasokan dari hutan alam/ produktif mulai dihentikan.
Dari pengamatan fakta Krisis pada 1997-1998: Wilayah Pedesaan yang menghasilkan Buah & Sayur serta Kayu, sangat minim terimbas Krisis. Bahkan jadi Penyelamat. Nah Pola ini yg mestinya dipacu dan digencarkan.

Dalam masa waktu 5-9 tahun itulah, ribuan-puluhan ribu pohon memberi kemanfaatan ekonomis-lingkungan dan sosial nyata. Dan Habib satu ini (salah satu Wakil Rakyat yg gigih MENGGOLKAN 70 ribu GURU BANTU HONORER MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL) keturunan Ambon, benar-benar ingin memacu TRANSFORMASI SOSIAL RAKYAT DESA, menggapai kemajuan ekonomi dengan Industrialisasi yg terkait Pertanian, Perkebunan & Kehutanan. Mungkin jiwa "merakyat" ini didasari dari tanah leluhurnya di Pulau GESER yang Nelayan dan Petani. Selain itu, kegelisahan Habib ini dengan "Mobilisasi para Ibu-2 dan Bapak-2" di wilayah Cianjur & Sukabumi yang bekerja ke Luar Negeri (TKW & TKI) ~ SEDANGKAN TANAH CIANJUR & SUKABUMI SANGAT SANGAT SUBUR"!. Sementara PT.Perhutani setempat kurang memiliki "Hubungan yang bisa memajukan Masyarakat setempat. Mantan Perdana Menteri Thailand saja bisa merubah Muangthai: Through Durian Montong to The World dan merubah Citra dari Negeri Wisata sex menjadi Negeri dg Unggulan Buah-2an.
********************
Menyentuh juga ya uraian Habib ini, apapun alasan Beliau untuk melakukan "Greenomics" untuk tujuan Mulia... Patut diacungi Jempol !. Green Actions...for Greenomics. Ekonomi Ekosistem yg Menjamin Keberlangsungan Pembangunan. SEMOGA BERHASIL Ajengan Hb.Sayuti !!