Paradigma perekonomian & pembangunan kita harus didasarkan pada jati diri bangsa, yakni Ekonomi Kemanfaatan: Pertanian, Kerajinan, Industri, Perdagangan riil. Segala usaha, didasarkan pada kemanfaatan nyata. Bukan Value Engineering kapitalistik semu (penuh tipu muslihat) dari Bubble Economics (Money makes money). Ekonomi harus dibangun, yang mampu membangkitkan peran sosiologis masyarakat beserta potensi yang dimilikinya:kekayaan sumber alam, lahan, daya kreatifitas, kemauan, keunggulan. Manusia dan sumber-2 aset, dikembangkan.
Bila manusia berkembang (maju), niscaya akan tumbuh daya kreatifitas & daya kemajuan berikutnya. Contoh riil: lahan petani yang kini hanya rata-rata 0,5 ha/ petani, sudah saatnya ada Inovasi & kreatifitas pengolahan, baik jenis tanaman, pola penanaman, permodalan dan keterkaitan dengan pasar atau industri berikutnya. Misalnya, dengan kerusakan hutan yang mencapai 82 juta hektar, saatnya dikembangkan Visioner Hutan Mini atau Kebun Mini (hasil buah dan kayu) yang bisa mendukung dunia industri Kertas, plywood, meubel & kerajinan. Kini, kita kekuarangan kayu jenis Meranti dari hutan. Padahal pohon Duren, Kecapi, Bayur dll sangat besar potensi dikembangkan. Dalam masa 4-10 th bisa menghasilkan buah, selanjutnya pohon usia 10 th keatas bisa menghasilkan kayu. Dampak positif thd lingkungan sangat besar: menyerap air (kurangi banjir) , hasilkan O2 segar, menahan Erosi.
Sungguh Ironis: Berbagai Bendungan (dam) yang dibangun dengan biaya puluhan trilyun rupiah di Jawa, kini mengalami pendangkalan hebat, 4 kali lebih cepat dari rencana, karena tidak pernah direncanakan: Usaha Perlindungan dengan Visi yang Jelas (Ekonomi Hijau: Penanaman & Konservasi) wilayah hinterland yang merupakan masyarakat pedesaan-pertanian. (Mari belajar Kisah sukses Negara Muangthai dengan Duren Montong bukan hanya memajukan masyarakat, tetapi juga merubah citra dari Negara dengan wisata Sex ke Negara Pertanian maju.). Kita harusnya malu, pohon Kecapi dikembangkan Muangthai dengan rasa buah jadi Manis (aslinya Asam), dan pohon tumbuh lebih cepat besar. Pernahkan terpikir, Perkebunan Alpokat, Nangka, Matoa dll ? Padahal pohon tsb begitu MUDAH nya tumbuh, berkembang & berbuah !!!. dan besar permintaan pasarnya.
Bangsa kita, telah terbawa hanyut dalam ekonomi pasar kapitalistik, yang menampakkan “kesemuan”, bagaikan mencari fatamorgana, penuh jebakan dan ketidak-pastian. Betapa tidak. Mahzab & teori ekonomi berdasar pertumbuhan telah menyesatkan. Sumber alam, dikuasai & dikuras oleh kekuatan modal, disekuritisasi oleh perusahaan swasta (Nas & Asing), saham dijual ke pasar modal, dan jadilah: sumber alam (emas, batu-bara, migas, nickel dll) dikuasai kekuatan modal. Tiada pembatasan pengusaan lahan pertambangan, telah mengakibatkan negara alami krisis Energi Listrik !. Sialnya lagi, Kalimantan sbg gudang penghasil energy primer, tapi Listrik Byar Pett. Bisa mencetak seorang Konglomerat kaya raya dg kekayaan Rp.150 Trilyun, tapi Pemda mau mbangun rumah sakit dg investasi <>
Berlawanan dengan pasal 33 UUD.45 (Segala sumber alam, bumi, tanah & air dikuasai Negara & digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat). Begitu juga penguasaan hutan, lahan dengan HPH. Kini, sudah begitu boanyaknya pengusaan Lahan Tambang, Kawasan Penangkapan Ikan, Perkebunan, Hutan oleh swasta asing. Ekonomi nasional, begitu rawan terhadap Ancaman : Ketidak Nyambungan !. Hantaman sedikit saja terhadap gejolak harga Batu-bara, migas membawa Ancaman Krisis Energi. Bahkan Negara Agraris, tetapi RENTAN terhadap ancaman Krisis Pangan dan Kelaparan.
Masa, dalam 5 tahun sejak 2004-2009 hutang Pem melalui SUN dan LN sdh bertambah 392 trilyun, devisa kita dihisap lebih dari 1.000 Trilyun tiap tahun dari berbagai sektor. Kini dlm 2 bulan saja SBN sudah lebih 44 Trilyun (Jan-Feb 2010). ! Sialnya lagi: kini intensifikasi penerimaan pajak mau digenjot dari Penerimaan PBB, sedang rakyat sedang sempoyongan. Strategi apa, Upaya apa yg harus kita lakukan nampaknya kita terjebak dalam mekanisme pasar dunia, kita seolah bego kebingungan harus melakukan Revaluasi mendasar apa ...yang kita jelas hanyalah jadi Caplokan para pemain pasar kapitalis raksasa, apalagi dg CAFTA: kita akan digilas habis.
Saatnya, teori ekonomi & paradigma pembangunan mendasarkan falsafah alam: Ekonomi yang Menjamin Keseimbangan Ekosistem (dengan dasar keadilan manusia-masyarakat untuk bertahan hidup dan maju !). Lucu juga dari pertemuan UNEp di Bali, kita seolah enggak siap, bagaimana sih langkah kedepan kita, kecuali program-2 taktis perbaikan Lingkungan Laut, Hutan dlsb, yang sbenarnya "bulit in dg Strategi Pembangunan" apa yang harus kita jalankan dg Solusi Sistemik terhadap Lingkungan !
Bila manusia berkembang (maju), niscaya akan tumbuh daya kreatifitas & daya kemajuan berikutnya. Contoh riil: lahan petani yang kini hanya rata-rata 0,5 ha/ petani, sudah saatnya ada Inovasi & kreatifitas pengolahan, baik jenis tanaman, pola penanaman, permodalan dan keterkaitan dengan pasar atau industri berikutnya. Misalnya, dengan kerusakan hutan yang mencapai 82 juta hektar, saatnya dikembangkan Visioner Hutan Mini atau Kebun Mini (hasil buah dan kayu) yang bisa mendukung dunia industri Kertas, plywood, meubel & kerajinan. Kini, kita kekuarangan kayu jenis Meranti dari hutan. Padahal pohon Duren, Kecapi, Bayur dll sangat besar potensi dikembangkan. Dalam masa 4-10 th bisa menghasilkan buah, selanjutnya pohon usia 10 th keatas bisa menghasilkan kayu. Dampak positif thd lingkungan sangat besar: menyerap air (kurangi banjir) , hasilkan O2 segar, menahan Erosi.
Sungguh Ironis: Berbagai Bendungan (dam) yang dibangun dengan biaya puluhan trilyun rupiah di Jawa, kini mengalami pendangkalan hebat, 4 kali lebih cepat dari rencana, karena tidak pernah direncanakan: Usaha Perlindungan dengan Visi yang Jelas (Ekonomi Hijau: Penanaman & Konservasi) wilayah hinterland yang merupakan masyarakat pedesaan-pertanian. (Mari belajar Kisah sukses Negara Muangthai dengan Duren Montong bukan hanya memajukan masyarakat, tetapi juga merubah citra dari Negara dengan wisata Sex ke Negara Pertanian maju.). Kita harusnya malu, pohon Kecapi dikembangkan Muangthai dengan rasa buah jadi Manis (aslinya Asam), dan pohon tumbuh lebih cepat besar. Pernahkan terpikir, Perkebunan Alpokat, Nangka, Matoa dll ? Padahal pohon tsb begitu MUDAH nya tumbuh, berkembang & berbuah !!!. dan besar permintaan pasarnya.
Bangsa kita, telah terbawa hanyut dalam ekonomi pasar kapitalistik, yang menampakkan “kesemuan”, bagaikan mencari fatamorgana, penuh jebakan dan ketidak-pastian. Betapa tidak. Mahzab & teori ekonomi berdasar pertumbuhan telah menyesatkan. Sumber alam, dikuasai & dikuras oleh kekuatan modal, disekuritisasi oleh perusahaan swasta (Nas & Asing), saham dijual ke pasar modal, dan jadilah: sumber alam (emas, batu-bara, migas, nickel dll) dikuasai kekuatan modal. Tiada pembatasan pengusaan lahan pertambangan, telah mengakibatkan negara alami krisis Energi Listrik !. Sialnya lagi, Kalimantan sbg gudang penghasil energy primer, tapi Listrik Byar Pett. Bisa mencetak seorang Konglomerat kaya raya dg kekayaan Rp.150 Trilyun, tapi Pemda mau mbangun rumah sakit dg investasi <>
Berlawanan dengan pasal 33 UUD.45 (Segala sumber alam, bumi, tanah & air dikuasai Negara & digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat). Begitu juga penguasaan hutan, lahan dengan HPH. Kini, sudah begitu boanyaknya pengusaan Lahan Tambang, Kawasan Penangkapan Ikan, Perkebunan, Hutan oleh swasta asing. Ekonomi nasional, begitu rawan terhadap Ancaman : Ketidak Nyambungan !. Hantaman sedikit saja terhadap gejolak harga Batu-bara, migas membawa Ancaman Krisis Energi. Bahkan Negara Agraris, tetapi RENTAN terhadap ancaman Krisis Pangan dan Kelaparan.
Masa, dalam 5 tahun sejak 2004-2009 hutang Pem melalui SUN dan LN sdh bertambah 392 trilyun, devisa kita dihisap lebih dari 1.000 Trilyun tiap tahun dari berbagai sektor. Kini dlm 2 bulan saja SBN sudah lebih 44 Trilyun (Jan-Feb 2010). ! Sialnya lagi: kini intensifikasi penerimaan pajak mau digenjot dari Penerimaan PBB, sedang rakyat sedang sempoyongan. Strategi apa, Upaya apa yg harus kita lakukan nampaknya kita terjebak dalam mekanisme pasar dunia, kita seolah bego kebingungan harus melakukan Revaluasi mendasar apa ...yang kita jelas hanyalah jadi Caplokan para pemain pasar kapitalis raksasa, apalagi dg CAFTA: kita akan digilas habis.
Saatnya, teori ekonomi & paradigma pembangunan mendasarkan falsafah alam: Ekonomi yang Menjamin Keseimbangan Ekosistem (dengan dasar keadilan manusia-masyarakat untuk bertahan hidup dan maju !). Lucu juga dari pertemuan UNEp di Bali, kita seolah enggak siap, bagaimana sih langkah kedepan kita, kecuali program-2 taktis perbaikan Lingkungan Laut, Hutan dlsb, yang sbenarnya "bulit in dg Strategi Pembangunan" apa yang harus kita jalankan dg Solusi Sistemik terhadap Lingkungan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar